Senin, 26 Mei 2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TENTANG
MOLAHIDATIDOSA
( HAMIL ANGGUR )
DISUSUN
OLEH  :

GRESIA NELSA PUTRI
12111705
DOSEN PEMBIMBING :
 AIDA MINROPA, SKM

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara kita.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa dan lebih besar. Dan mola hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas yang jinak (Manuaba, 1998:424)
Insidensi mola hidatidosa dilaporkan Moore dkk (2005) pada bagian barat Amerika Serikat, terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan. Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut.
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai borderline keganasan.
Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydrotopik dari stoma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada bagian pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin adalah wanita.
Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.


B.     Tujuan
a.       Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan peserta didik dapat mengetahui tentang kehamilan Molahidatidosa.

b.      Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui pengertian dari mola hidatidosa
2.      Untuk mengetahui klasifikasi molahidatidosa
3.      Untuk mengetahui penyebab dari molahidatidosa
4.     Untuk mengetahui tanda dan gejala dari mola hidatidosa
5.     Untuk mengetahui bagaimana mendiagnosis dari mola hidatidosa
6.   Untuk mengetahui bagaimana pengolahan molahidatidosa
7.     Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari mola hidatidosa
8.     Untuk mengetahui bagaimana pengobatan dari mola hidatidosa








BAB II
KEGIATAN PENYULUHAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik                                   : Molahidatidosa ( Hamil anggur )
2. Sasaran                                :
    Target                                  :
3. Metode                                : Ceramah dan Tanya jawab
4. Media                                  : Lembar balik dan leaflet
5. Waktu dan Tempat                        
    a. Hari/tanggal                     : Jumat/ 5 Desember 2013
    b. Waktu                             : 30 menit
    c. Tempat                            :

B. PEMBAGIAN TUGAS
1.      Leader             :
a.       Membuka dan menutup acara
b.      Membuat tata tertib acara
c.       Mengatur kelancaran acara
d.      Mengingatkan Co leader tentang waktu kegiatan

2.      Co Leader       :
a.  Menyampaikan materi
b.  Bersama leader bekerjasama dalam kelancaran acara
c.  Menjawab pertanyaan
      3.  Observer           :
            a.  Mengamati kegiatan
            b.  Menilai dan mencatat prilaku verbal dan nonverbal peserta
            c.  Membuat laporan penyuluhan

     4.  Fasilitator          :
            a.  Memotivasi peserta untuk mengajukan pertanyaan
            b.  Menjadi contoh bagi peserta selama penyuluhan
            c.  Pembuat absensi
            d. Memfasilitasi kegiatan

C. SETTING TEMPAT
 



Keterangan :
Pembimbing    :
Leader                          :
Co Leader       :
Peserta             :
Fasilitator        :
Observer          :
D.  PENGATURAN PENYULUHAN
No
Waktu
Kegiatan
Mahasiswa
Peserta
1
5 menit
pembukaan
1.  Mengucapkan salam
2.  Memperkenalkan diri
3.  Menjelaskan tujuan
4.  Menetapkan waktu
5.  Mempersilahkan Co
     leader menyampaikan
     tujuan

1.      Menjawab salam
2.      Memperhatikan
2
10 menit
Menyampaikan materi
Mahasiswa menjelaskan tentang:
1.  Pengertian dari
     Molahidatidosa
2.  Klasifikasi Molahidatidosa
3.  Penyebab Molahidatidosa
4.  Tanda dan gejala Molahidatidosa.
5.  Bagaimana mendiagnosis
      Molahidatidosa
6.  Bagaimana pengololaan
     Molahidatidosa
7.  Bagaimana prognosis
     Molahidatidosa
8.  Pengobatan Molahidatidosa 

3
15 menit
 Tanya jawab
Memberikan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
4
5 menit
 Penutup
1.  Menyimpulkan
2.  Mengevaluasi
3.  Menutup



A.    Kriteria hasil
1.      Evaluasi Struktur
        -   Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana
-  Tempat, alat, dan media sesuai dengan keperluan
-  Peserta penyuluhan, mahasiswa, dan alat sesuai dengan   keperluan
-  Peserta penyuluhan, mahasiswa, dan dosen pembimbing mengikuti   acara penyuluhan sesuai dengan setting tempat yang direncanakan

2.      Evaluasi Proses
-  Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
      - Ibu hadir mengikuti kegiatan penyuluhan
- Berlangsung dalam hal tanya jawab dan diskusi bersama
3.      Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan :
- 75% Ibu mampu menyebutkan defenisi dari alat kontrasepsi
- 75% Ibu mampu menyebutkan pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi






BAB III
MATERI

A.   Pengertian Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)

Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropobik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenl berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi.

B.   Klasifikasi

Klasifikasi mola hidatidosa berdasarkan ada atau tidaknya janin yaitu :
1.      Molahidatidosa Komplit ( Klasik )
Kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi karialis mengalami perubahan hidropik.
Histologinya memiliki karakteristik yaitu :
                                    a. Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
                                    b.  Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran
c.  Tidak adanya janin atau amnion
2.      Mola Hidatidosa Inkomplit (Parsial)
Kehamilan yang berkembang tidak wajar namun kehamilan masih disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.





Tabel karakteristik mola hidatidosa komplet dan parsialis 

Mola hidatidosa/komplet
Mola hidatidosa parsial
Kariotipe
Diploid(46,XX atau 46,XY)
Triploid (69,XXX atau 69, XXY)
Patologi
Fetus
Tidak ada
kadang-kadang ada
Amnion, sel darah merah janin
Tidak ada
kadang-kadang ada
Edema villa
Difus
Bervariasi, fokal
Proliferasi trofoblastik
Bervariasi, ringan sampai berat
Bervariasi, fokal, ringan sampai sedang
Gambaran klinis
Diagnosis
Kehamilan mola
Missed Abortion
Ukuran uterus
50% lebih besar u/ umur kehamilan
Kecil u/ umur kehamilan
Kista theca-lutein
25-30%
Jarang
Komplikasi
Sering terjadi
Jarang
Penyakit post mola

C.   Penyebab
Molahidatidosa berasal dari palsenta atau jaringan janin sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali.
Penyebab Molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun factor penyababnya adalah:
1.      Factor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2.      Immunoselektif dari tropoblast.
3.      Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
4.      Kekurangan protein dan asam folat, infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
5.      Kekurangan gizi pada ibu hamil.
6.      Kelainan rahim
7.      Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun.

D.    Tanda dan Gejala
Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 – 16, dimana kita dapat melihat adanya
tanda-tanda seperti dibawah ini :
v  Ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa.
v  Pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan
v  Bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.

Adapun gejala dari mola hidatidosa adalah :
v  Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
v  Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
v    Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
v  Gejala – gejala preeklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria

E.     Diagnosis

Adanya Molahidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari usia gestasi dan tidak titemukan tanda kehamilan pasti seperti Balotement dan detak jantung janin.
Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar HCG ( Human Charionic Gonadotropin ) dalam darah atau urin. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, dalam kasus mola menunjukan gambaran yang khas yaitu berupa badai salju ( snow flake pattem ) atau gambaran seperti sarang lebah ( honey comb ).
            Apabila jaringan mola memenuhi sebagian Kavum uteri dan sebagian berisi janin yang ukuran relative kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis. Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan aterm. Umumnya mola parsialis mempunyai kariotip triploi. Pada perkembangan selanjutnya jenis mola ini jarang menjadi ganas.

.
F.      Pengelolaan Mola

1.       Perbaikan Keadaan Umum : Transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia.
2.       Pengeluaran jaringan Mola : Vakum Kuretase atau Histerektomi ( pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak.
3.      Pemeriksaan Tindak Lanjut
Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan berkisar satu tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu.

G.     Prognosis
Kematian pada Mola Hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis. Sebagian pasien Mola akan sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi kariokarsinoma. Bila terjadi keganasan maka pengelolaan secara khusus pada divisi Onkologi Ginekologi.

A.   Pengobatan

Mola harus dibuang seluruhnya, biasanya jika tidak terjadi aborsi spontan dan diagnosisnya sudah pasti, dilakukan aborsi terapeutik melalui prosedur dilatasi dan kuretase.Setelah prosedur tersebut, dilakukan pengukuran kadar HCG untuk mengetahui apakah seluruh mola telah terbuang. Jika seluruh mola telah terbuang, maka dalam waktu 8 minggu kadar HCG akan kembali normal.
Wanita yang pernah menjalani pengobatan untuk mola sebaiknya tidak hamil dulu dalam waktu 1 tahun. 2-3% kasus mola bisa berkembang menjadi keganasan (kariokarsinoma). Pada kariokarsinoma diberikan kemoterapi yaitu Methotrexate, daktinomisin atau kombinasi antara kedua obat tersebut.


1 komentar:

  1. yang butuh SAP dan leaflat kunjungi juga http://pustakaperawatku.blogspot.co.id/2017/02/sap-angka-kematian-ibu.html

    BalasHapus